Gerimis
kecil-kecil menghiasi sore ini. Cuaca Nampak tak bersahabat. Butiran air hujan
perlahan menuju ke bumi. Perlahan-lahan butiran hujan semakin deras saja.
Seorang gadis yang menunggu datangnya angkutan umum. Ia menunggu di halte tapi
nampaknya tak sebuah angkutan umum menampakkan dirinya di depan pelupuk
matanya. Gadis itu sembari melihat jam yang menempel di tangan manisnya. Sore
pukul 16.21 di musim penghujan yang amat derasnya. Ia masih setia menanti
angkutan umum itu pasalnya itulah alat transportasi nya menuju ke rumah
kontrakan kecil tempat dimana ia bernaung.
Sambil
menanti redanya hujan gadis itu membuka isi tas siapa tahu ia menemukan minyak
angin. Ia merasa tubuhnya dingin dan membeku. Tak sebuah bis pun muncul sedari
tadi. Tak lama berselang muncul angkutan umum yang biasanya berwarna kuning
yang biasanya menuju daerah rumah kontrakannya. Ia pun berdiri dan beranjak
dari halte itu. Perlahan ia memasuki angkutan umum yang ditungguinya sejak lama
tadi.
Di dalam
angkutan umum itu hanya ada beberapa orang saja. Tampak ada seorang ibu yang
hamil tua yang membawa dagangannya.
“Kasihan
ibu ini, dalam keadaan hamil tua. Ia masih mencari uang.” Gadis itu membatin
dalam hati.
Suasana
hening dan sunyi. Hanya suara angkutan umum yang membisingkan telinga. Gadis
itu bernama Fahira. Tak sadarpun ia mengajak berbicara kepada ibu yang hamil
tua itu.
“Ibu
berjualan dimana?” gadis cantik itu pun membuka pembicaraannya.
Ibu yang
sedang mengandung hamil tua itu menoleh ke arah lawan bicaranya. Ia tak
menyangka gadis itu memulai pembicaraan dengannya.
“ Saya
berjualan di sebuah sekolah dasar dekat dengan sini,nak.” Ibu itu pun menjawab.
Gadis itu
pun tersenyum sambil menunjukkan deretan giginya yang putih. Fahira merasa prihatin
mengapa ibu hamil tua itu berjualan lalu dimana keberadaan suaminya. Tapi ia
enggan bertanya seperti itu. Ia tidak ingin menambah masalah dengan orang yang
tak dikenalnya itu.
0 komentar:
Posting Komentar